Ahmad Sahroni Tanggapi Wacana Pembubaran DPR dengan Pernyataan Kontroversial

Pernyataan Sahroni Menuai Reaksi

Ahmad Sahroni kembali menjadi sorotan setelah menanggapi wacana pembubaran DPR. Wacana ini ramai diperbincangkan di media sosial dan aksi unjuk rasa di Jakarta pada akhir Agustus 2025.
Dalam sebuah pernyataan, Sahroni menyebut bahwa orang yang ingin membubarkan DPR adalah “orang tolol sedunia”.
Pernyataan ini memicu reaksi publik. Banyak pihak langsung memberikan kritik terhadap ucapannya.

Klarifikasi Sahroni: Ucapan Disalahartikan

Menanggapi reaksi yang muncul, Sahroni mengklarifikasi bahwa ucapannya ditujukan kepada oknum yang melakukan aksi anarkis. Ia menegaskan bahwa pernyataannya bukan ditujukan kepada masyarakat yang menyampaikan aspirasi secara damai.
Sahroni menegaskan bahwa dirinya menghormati hak konstitusional warga negara. Namun, ia menolak segala bentuk kekerasan.

Pengalaman Saat Aksi Demo di DPR

Sahroni juga mengungkapkan bahwa saat aksi unjuk rasa di sekitar gedung DPR pada 25 Agustus 2025, dirinya memilih tidak muncul di hadapan massa.
Ia tetap mendengarkan aspirasi masyarakat yang menyampaikan tuntutan secara damai.
Sahroni menilai bahwa sebagian besar aksi unjuk rasa dilakukan oleh oknum berpikiran preman. Mereka berbeda dengan masyarakat yang menyampaikan pendapat secara konstruktif.

Profil Singkat Ahmad Sahroni

Ahmad Sahroni lahir pada 8 Agustus 1977 di Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Ia berasal dari keluarga sederhana. Ibunya bekerja sebagai penjual nasi padang.
Sebelum terjun ke dunia politik, Sahroni menjadi pengusaha dan aktif di berbagai organisasi. Saat ini, ia menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi III DPR RI. Komisi ini membidangi hukum, HAM, dan keamanan.

Reaksi Publik dan Pihak Terkait

Pernyataan Sahroni menuai beragam reaksi dari publik. Beberapa pihak menganggap ucapannya sebagai penghinaan terhadap masyarakat.
Namun, sebagian lain menilai Sahroni hanya menegaskan pentingnya menjaga ketertiban umum.
Pihak kepolisian menegaskan bahwa mereka akan menindak tegas setiap bentuk kekerasan dalam aksi unjuk rasa sesuai hukum.

Kesimpulan

Kontroversi ini menyoroti pentingnya komunikasi yang bijak dan sensitif.
Sebagai wakil rakyat, Sahroni diharapkan lebih berhati-hati.
Ia harus menyampaikan pendapat agar tidak menimbulkan polemik.
Hal ini juga penting untuk menjaga citra DPR dan hubungan dengan konstituen.