Saham BBCA Terguncang: Preskom Jual 1 Juta Saham Saat Laba Tumbuh

Saham Turun Usai Aksi Korporasi

Saham BBCA mengalami tekanan di pasar pada awal sesi perdagangan Selasa (19/8/2025), turun sekitar 2,01% ke level Rp 8.525 pada pukul 09.05 WIB. Bursa mencatat volume transaksi mencapai 20,96 juta saham dengan nilai transaksi sekitar Rp 182 miliar. Penurunan ini melanjutkan tren pelemahan yang terjadi pada pekan sebelumnya, meski fundamental bank tetap kuat.

Produk Terkait

Preskom Lepas 1 Juta Saham

Presiden Komisaris BBCA, Jahja Setiaatmadja, menjual 1 juta lembar saham BBCA per 12 Agustus 2025 dengan harga rata-rata Rp 8.750 per saham. Dengan transaksi ini, Jahja mengantongi sekitar Rp 8,75 miliar. Meskipun jumlah saham tersebut terdengar besar, porsi kepemilikannya tetap berada di kisaran 0,03% dari total saham beredar.

Laba Tetap Kuat di Semester I

BBCA membukukan laba bersih konsolidasi sebesar Rp 29 triliun selama semester pertama 2025, tumbuh 8% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Ekspansi bisnis kredit berhasil mendorong pertumbuhan kredit sebesar 12,9%, hingga mencapai Rp 959 triliun per Juni 2025.

Dorongan Laba Didukung Kredit dan Non-Bunga

Laba tumbuh ditopang oleh performa kuat pendapatan operasional. Non-interest income tumbuh signifikan 18% year-on-year, sementara net interest income hanya tumbuh 6% yoy. PPOP naik 12% yoy, mencerminkan struktur bisnis BBCA yang semakin beragam.

Investor Raja Harian BBCA

Pada 11 Agustus 2025, nilai transaksi BBCA menyentuh Rp 1,09 triliun—tertinggi di antara saham lainnya. Investor asing bertindak agresif, dengan net buy yang mencapai ratusan miliar Rupiah. Saham kemudian menguat 3,01% ke posisi Rp 8.550.

Teknikal Semakin Tekan Saham

Analis teknikal menilai sinyal jual (sell) BBCA semakin kuat. Beberapa indikator seperti MACD dan moving averages jangka pendek menunjukkan tren negatif, meski tren jangka panjang masih positif. Hal ini menandakan tekanan lanjutan di pasar jangka pendek.

Ringkasan: Solid tapi Rentan Sentimen

BBCA tetap menunjukkan kekuatan fundamental yang kokoh—pertumbuhan laba, ekspansi kredit, dan pendapatan non-bunga. Namun, fluktuasi harga saham di pasar saham dipicu oleh sentimen eksternal seperti diversifikasi portofolio dan rumor nasionalisasi. Semua itu mencerminkan bahwa meski bank sehat, sentimen pasar tetap bisa mempercepat naik-turunnya harga.