Pidato Politik Prabowo Subianto: Sindiran “Ndasmu” dan Respons Publik

Pidato Presiden Prabowo Subianto dalam perayaan Hari Ulang Tahun ke-17 Partai Gerindra menarik perhatian publik. Ucapan “ndasmu” yang dilontarkannya dengan mimik mengejek serta diiringi tawa para pejabat menuai kritik tajam. Banyak pengamat politik menilai hal ini sebagai tindakan yang berlebihan, kekanak-kanakan, dan tidak pantas diucapkan oleh seorang kepala negara.

Pidato Politik Prabowo Subianto: Sindiran "Ndasmu" dan Respons Publik - Kael Leather Goods

Dalam pidatonya Sahabat Kael Leather Goods, Prabowo membahas tiga isu utama: pembentukan kabinet, program makan bergizi gratis, dan kedekatannya dengan mantan Presiden Joko Widodo. Ungkapan “ndasmu” pun terlontar sebagai respons terhadap kritik yang diterimanya.

Mengapa Prabowo Mengatakan “Ndasmu”?

1. Makan Bergizi Gratis

Program makan bergizi gratis merupakan janji kampanye Prabowo-Gibran yang mulai direalisasikan melalui pembentukan Badan Gizi Nasional. Meski sudah berjalan dan menargetkan 770.000 anak, program ini tetap mendapat kritik terkait efektivitas dan anggaran.

Dalam pidatonya, Prabowo menanggapi kritik dengan ekspresi khasnya, “Kalau enggak ada wartawan saya bilang ndasmu,” yang disambut tawa hadirin.

2. Kabinet Gemuk

Pemerintahan Prabowo membentuk kabinet dengan 48 menteri, 55 wakil menteri, serta sejumlah pejabat setingkat menteri. Kritikus menyebutnya sebagai “kabinet gemuk,” mengindikasikan pemborosan sumber daya.

Prabowo membalas kritik ini dengan tegas, “Ada orang pintar bilang kabinet ini terlalu besar… ndasmu.” Menurutnya, kabinet yang besar wajar mengingat luas dan kompleksitas Indonesia.

3. Tuduhan Cawe-cawe Jokowi

Kedekatan Prabowo dengan Jokowi dan seringnya mereka bertemu menimbulkan spekulasi bahwa pemerintahan Prabowo masih berada di bawah pengaruh mantan presiden tersebut. Menanggapi tuduhan ini, Prabowo berkata, “Nanti saya dibilang dikendalikan Pak Jokowi, cawe-cawe… ndasmu.”

Reaksi Warganet dan Pengamat Politik

Pidato ini segera menjadi viral di media sosial. Sejumlah tokoh, termasuk aktor Fedi Nuril dan komika Sammy Notaslimboy, mengkritik gaya komunikasi Prabowo yang dinilai tidak pantas bagi seorang presiden. Banyak warganet juga menyoroti bagaimana candaan tersebut lebih mencerminkan ketidakmampuan menerima kritik dibandingkan humor politik yang sehat.

Menurut Teuku Harza Mauludi dari Puskapol UI, respons Prabowo menunjukkan ketidaksiapan menerima kritik terbuka. Sementara itu, pakar komunikasi politik LSPR, Lely Arrianie, menegaskan bahwa jika gaya komunikasi seperti ini terus berlanjut, elektabilitas Prabowo bisa tergerus secara perlahan.

Kesimpulan

Pidato politik Prabowo di HUT Gerindra menjadi sorotan karena pemilihan kata dan ekspresi yang kontroversial. Sebagai kepala negara, ekspektasi publik terhadap cara komunikasi presiden sangat tinggi. Jika kritik terus-menerus dibalas dengan candaan yang terkesan meremehkan, bukan tidak mungkin hal ini akan memengaruhi citra dan legitimasi pemerintahan Prabowo di mata rakyat.

Baca Juga : 10 Negara yang Paling Bersih dari Korupsi