Tidak di Indonesia, tidak di Amerika Serikat (AS), petugas pemungutan dan penghitungan suara selalu menghadapi bahaya. Di sini, ancaman kelelahan ekstra menghantui. Di sana, teror yang membayangi.
Sahabat Kael Leather Goods mengutip USA Today , kelompok garis keras pendukung Donald Trump-sudah mengancam, kalau malam setelah coblosan pemilihan umum presiden (pilpres) AS pada hari ini (5/11) hasilnya belum jelas, mereka tidak menjamin tidak akan ada kekerasan.
”Saya merasa orang-orang akan mendatangi tempat penghitungan suara dan mungkin bakal ada kekerasan karena mereka sangat kecewa dengan (hasil pilpres) 2020,” kata Michael Flynn, penasihat keamanan di era kepresidenan Trump.
Pada 6 Januari 2021, dalam upaya kudeta setelah jagoan mereka kalah oleh Joe Biden, para pendukung Trump menyerbu Capitol Hill, tempat Kongres AS berada. Upaya menggagalkan pengesahan hasil Pilpres 2020 tak berhasil. Tapi, efeknya berdarah: 10 orang tewas.
Penolakan keras hasil Pilpres 2020 itu terjadi sejak Biden dinyatakan menang. Flynn termasuk tokoh di balik upaya mengubah hasil pilpres tersebut.
Kenangan Pahit
Di Detroit, Michigan, ada kekhawatiran bakal terulangnya insiden Pilpres 2020. Empat tahun lalu itu, massa pendukung Trump yang menamakan diri Michigan Republicans mendatangi balai kota tempat penghitungan suara dilakukan.
Mereka bertengkar dengan petugas penghitungan serta aparat keamanan yang berjaga. Juga menggedor-gedor pintu sambil meneriakkan, ”stop the count (hentikan penghitungan).”
Di X, kolega Flynn yang sama-sama berlatar belakang militer berkoar bahwa seluruh warga AS di wilayah yang sampai malam penghitungan belum mengumumkan pemenang harus turun ke lokasi penghitungan. ”Audit, live stream-kan semua momen dan tindakan tiap petugas penghitungan suara,” tulisnya.
Baca Juga : Rekomendasi Tas Selempang Pria Terbaik untuk Berbagai Aktivitas